Kali Code, Oase Metropolitan Jogja

Kawasan Kali Code berwarna- Warni Sekarang

Kawasan ini sejak dulu telah menjadi ikon pariwisata dan magnet bagi pelancong untuk membelanjakan dananya. Entah untuk memenuhi selera fashion, ataupun sekadar berburu aneka cinderamata untuk oleh-oleh saat kembali ke kota asal.

Sebagai ikon pariwisata kota, Malioboro terus berbenah. Berbagai fasilitas dipasang untuk membuat pengunjung merasa tetap nyaman ditengah-tengah padatnya lalu lintas dan hiruk pikuknya aktivitas niaga serta lalulalang pejalan kaki di setiap sudutnya. Mulai dari penataan areal parkir, jalur pedestrian, hingga fasilitas berupa jaringan WiFi Telkom dengan bandwith besar sepanjang Malioboro.

Salah Satu Sudut Kalicode yang juga penuh warna
Salah Satu Sudut Kalicode yang juga penuh warna


Masyarakatpun juga bergerak. Salah satunya adalah warga di sepanjang aliran Kali Code, yang hanya berjarak 150 meter arah Timur Malioboro. Jika Anda sedang ke Jogja dan menjadikan Malioboro sebagai salah satu tujuan, sempatkan menengok kawasan sepanjang Kali Code, niscaya akan menemukan nuansa baru di tengah hiruk pikuk perkotaan.

Sungai atau Kali Code, sejatinya adalah satu dari 3 sungai besar yakni Kali Winongo dan Kali Gajah Wong yang membelah kota Jogja. Tapi dari ketiganya, Code lah yang memiliki daya tarik paling kuat. Bukan saja menyangkut aspek sejarah sebagai sungai pemisah dua kerajaan, yakni Kasultanan Ngayogyakata dan Pura Pakualaman. Tapi juga sejarah panjang Code bisa menjadi cerita menarik bagi generasi sekarang.

Kali Code Juga menjadi Langganan lahar Dingin Merapi
Kali Code Juga menjadi Langganan lahar Dingin Merapi


Bagi yang pernah lama tinggal di Jogja rentang 1970-1980-an, Code sekarang sangatlah berbeda. Dulu, sungai ini sering meluap saat musim penghujan dan menjadi kawasan kumuh di tengah kota. Tapi saat ini, tepian Code menjadi areal menyenangkan untuk berbagai aktivitas.

Akses jalan dengan lebar 2 meter di kiri dan kanan bantaran sungai, sangat nyaman untuk jalur olahraga ringan jalan kaki dan aktivitas wisata susur sungai. Dengan view atau pemandangan pemukiman aseli warga ledok Code yang lebih tertata dan rapi, dan di sejumlah lokasi terlihat bangunan rusunawa.



Pola pikir warga pun mulai berkembang atas arahan YB Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan panggilan Romo Mangun – seorang pastur yang juga arsitek sekaligus budayawan kala itu. Untuk aktivitas olahraga, spot yang dipilih bisa dimulai dari Jetis, Gondolayu, Kreteg Kewek, dan satu kampung di Selatan Melia Purosani. Peminat bisa juga menyusuri bantaran sungai di kampung Jetis Harjo, di bawah jembatan Sardjito.

Melawan Arus Air, Gelar Kirab Budaya Berghodo Kusumaning Yudha di Kali Code
Melawan Arus Air, Gelar Kirab Budaya Berghodo Kusumaning Yudha di Kali Code


Sepanjang perjalanan, akan terlihat kawasan perkampungan yang sangat bersih, dengan layanan pembuangan sampah sudah masuk hingga rumah-rumah di pinggir sungai. Di tepian sungai pun dipasang larangan membuang sampah di sungai, menyetrum, atau meracun ikan.

Jika beruntung, pengunjung juga dapat sekaligus melihat aktivitas tradisi berupa upacara bersih desa yang disebut Merti Code, atau aktivitas-aktivitas berkesenian yang kerap digelar di pinggir Code.

Koordinat:

-7° 46′ 54.61″, +110° 22′ 51.90″

Lokasi
Sepanjang aliran Kali Code, ada beberapa tempat yang bisa didatangi. Yaitu, Kampung Gondolayu dan Terban. Juga Kelurahan Kota Baru, Gondokusuman. Letak di tengah kota, sangat mudah menjangkaunya, dengan berbagai alternatif kendaraan umum dan pribadi.


Potensi:

Di tempat tersebut, selain susur sungai, juga seringkali digelar lomba mancing, acara tradisi, serta aktivitas berkesenian.
Tips:
Persiapkan peralatan luar ruangan, dan susur sungai. Pilih pakaian yang tepat dan mudah kering. Jika ingin lebih nyaman dan aman, boleh memilih waktu sore atau justru pagi hari untuk menghindari sengatan terik matahari.

 Baca Juga


Referensi Gudeg.net

Micky R Saputra

No comments:

Post a Comment