Pages

  • Home
  • Sitemap
Netpacker
Netpacker
  • Home
  • Wahana
    • Wahana Wisata
    • Wisata Alam
    • Wahana Air
    • Zoo
    • Tempat Unik
  • Alam
    • Pantai
    • Pegunungan
    • Air Terjun
    • Goa
    • Kota
    • Sungai
  • Sejarah
    • Museum
    • Peninggalan Sejarah
    • Tempat Bersejarah
    • Candi
  • Catatan
    • Artikel
    • News
    • Tips dan Trik
  • Hotel dan Penginapan
  • Transportasi
  • Rest Area
    • Kuliner
    • Wisata Belanja
    • Oleh-oleh
    • Budaya
 Sungai Koran terletak di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Sungai ini terkenal karena airnya yang berwarna hitam akibat kandungan tannin yang tinggi.

Dengan cekatan, Abdullah mengarahkan mesin speedboat melintasi Sungai Koran. Air sungai yang berwarna hitam pekat tampak tenang, sama sekali tak beriak.

Selasa (26/7/2016). Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB saat speedboat berangkat dari dermaga Desa Kereng Bangkirai, Kalimantan Tengah. Letak desa ini tak jauh dari Kota Palangkaraya, hanya sekitar 15 menit perjalanan darat ke arah Banjarmasin.

Desa Kereng Bangkirai adalah gerbang masuk utama menuju Taman Nasional Sebangau. Secara administratif, TN ini masuk dalam tiga wilayah yakni Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau. Dengan luas total 568.700 hektar, TN Sebangau memiliki banyak spot yang potensial untuk riset dan wisata.

Sungai Koran adalah lokasi ekowisata terdekat dan paling mudah diakses dari kota. Tak sampai lima menit perjalanan speedboat, saya merasa berada di tengah belantara Kalimantan. Air Sungai Koran yang berwarna hitam tampak sangat misterius. Tak terlihat apa pun di bawah permukaan sungai tersebut.

"Sungai ini berwarna hitam karena kandungan tannin yang tinggi," Abdullah menjelaskan sambil mengarahkan speedboat di tengah labirin rasau.

Rasau adalah jenis tumbuhan pandan dengan daun dan batang yang berduri tajam. Tumbuhan ini mendominasi area Sungai Koran di TN Sebangau. Saat melewati "labirin" rasau, tak jarang pengunjung harus menunduk atau melindungi wajah agar tidak tergores durinya yang tajam.

Kandungan tannin dalam sungai ini dihasilkan oleh gambut yang berada di bagian bawah sungai. Sebelum didaulat menjadi Taman Nasional pada 2004, Sebangau merupakan hutan produksi yang dikelola beberapa HPH. Pembalakan liar pun merajalela usai berakhirnya izin HPH di kawasan tersebut.

"Batang-batang kayu raksasa bertumpuk di bawah sana," tutur Abdullah sambil menunjuk ke dasar sungai.

Masuk ke area Sungai Koran seperti berada dalam galeri seni alam. Batang-batang kayu bekas kebakaran hutan, terakhir terjadi pada 2015, tampak "mematung" di tengah aliran sungai berwarna hitam. Kedalaman Sungai Koran sekitar 6-15 meter, dengan kedalaman gambut berkisar 1-17 meter.


 Masuk ke area Sungai Koran seperti berada dalam galeri seni alam. Batang-batang kayu bekas kebakaran hutan, terakhir terjadi pada 2015, tampak "mematung" di tengah aliran sungai berwarna hitam.
Masuk ke area Sungai Koran seperti berada dalam galeri seni alam. Batang-batang kayu bekas kebakaran hutan, terakhir terjadi pada 2015, tampak "mematung" di tengah aliran sungai berwarna hitam.

Meski letaknya tak jauh dari Kota Palangkaraya, di sini pengunjung bisa melihat satwa liar secara langsung. TN Sebangau menjadi habitat beberapa satwa seperti orangutan, bekantan, owa-owa, beruang madu, burung rangkong, monyet ekor panjang, juga 182 jenis burung dan 54 spesies ular.
"Ular viper dan sanca paling banyak ditemukan. Ada pula ikan endemik di sini, namanya toman. Bentuknya bagus, bisa jadi ikan hias. Bisa juga untuk dikonsumsi," tambah Abdullah.

Speedboat melaju lebih dalam, melewati lebih banyak labirin rasau, menuju Pos Jaga Sungai Koran yang juga berfungsi sebagai guesthouse. Pos Jaga ini merupakan tempat patroli untuk petugas taman nasional, sekaligus tempat istirahat bagi pengunjung. Ada dua bangunan utama, dengan satu menara pandang untuk melihat pemandangan dari ketinggian.

"Biasanya pada sore hari, monyet, bekantan, atau orangutan bergelantungan di pepohonan belakang sana," tutur Ferry, salah satu petugas TN Sebangau yang juga ikut bersama rombongan.

Pos Jaga Sungai Koran adalah spot tepat untuk bersantai. Dibangun pada akhir 2015, pos ini punya gazebo besar untuk duduk-duduk dan menyeruput kopi. Pengunjung bahkan bisa berenang langsung di depan Pos Jaga, seperti yang dilakukan Ferry dan Abdullah.

 Pos Jaga Sungai Koran di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.
Pos Jaga Sungai Koran di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.

 "Turis asing suka sekali berenang di sini. Mereka tahan berenang satu jam atau lebih, padahal airnya cukup dingin," terang Abdullah.

Sekitar pukul 15.00 WIB, pengunjung akan diantar pulang ke dermaga Desa Kereng Bangkirai. Perjalanan dari Pos Jaga Sungai Koran menuju dermaga hanya sekitar 15-20 menit.

Oleh karena itu, wisata menyusuri Sungai Koran yang berwarna hitam ini bisa jadi pilihan half day trip jika Anda berkunjung ke Palangkaraya. Total perjalanan dari dan kembali ke Palangkaraya hanya butuh waktu sekitar lima jam.

"Ada pula dua spot lainnya yakni SSI dan Panggu Alas. Namun untuk mencapai keduanya, butuh waktu lebih banyak. Sekitar tiga sampai tujuh hari," papar Abdullah.

Harga sewa speedboat dari Desa Kereng Bangkirai adalah Rp 500.000 untuk PP menuju Pos Jaga Sungai Koran. Satu speedboat bisa diisi maksimal tiga orang.

"Banyak orang yang penasaran dengan sungai berwarna hitam ini. Kalau mau explore lebih jauh juga bisa, trekking ke dalam hutan dan melihat habitat asli orangutan dan satwa lainnya. Banyak wisatawan minat khusus yang datang ke sini, seperti untuk fotografi reptil. Biasanya mereka pulang dengan perasaan puas," papar Abdullah.




Baca Juga:
  • Menjelajahi Wae Rebo, Surga Diatas Awan

     


Referensi : Kompas
0
Share
Labuan Bajo

Labuan Bajo adalah sebuah pelabuhan kecil yang cantik di ujung paling barat pulau Flores dan merupakan pintu masuk ke Taman Nasional Komodo (TNK) dan keajaiban pulau Flores lainnya. Saat matahari terbenam, Labuan Bajo menawarkan pemandangan spektakuler ketika pulau-pulau kecil yang menghadap ke siluet pelabuhan secara dramatis menciptakan efek yang ajaib, seajaib apa, Anda harus datang dan menyaksikannya sendiri.



Dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Komodo dan Flores, hotel berbintang semakin bertambah. Di Labuan Bajo Anda akan menemukan agen perjalanan, operator selam, perahu motor, liveaboards untuk membawa Anda ke Taman Nasional Komodo, atau pergi menyelam di perairan yang masih murni. Di Labuan Bajo Anda juga bisa menyewa mobil untuk membawa Anda berkunjung ke pedalaman Flores, Gunung Kelimutu dan Maumere.

Labuan Bajo juga gerbang masuk ke Pulau Komodo
Labuan Bajo juga gerbang masuk ke Pulau Komodo

Gerbang Masuk Pulau Komodo
Gerbang Masuk Pulau Komodo
Anda dapat membeli suvenir di toko-toko suvenir di Labuan Bajo, khususnya di Jalan Yos Sudarso. Di sana, Anda dapat menemukan kain ikat lokal dan kain songket tenun, dan patung kayu komodo. Pedagang asongan juga menjual kalung budidaya mutiara yang gagal, yang dirangkai menjadi suvenir yang indah.

Anda dapat menyewa mobil dari bandara Labuan Bajo untuk berkunjung ke setiap tempat di daratan Flores. Tingkat harga tergantung pada negosiasi Anda,  saat ini harga yang ditawarkan berkisar Rp500,000,00 per hari. Hotel dapat membantu Anda mendapatkan mobil sewaan.

Untuk mobilitas Anda dalam kota, bemo (angkutan umum tradisional) dan taksi motor yang tersedia, tetapi hanya beroperasi sampai 21:00. Jika Anda ingin mengunjungi pulau-pulau terdekat, seperti ke Taman atau Rinca, kapal motor dan kapal cepat tersedia di pelabuhan.

Selain lewat laut, kita juga bisa mengakses lewat jalur udara


Hampir semua tempat menarik di Labuan Bajo terletak di pulau-pulau yang menghadap ke pelabuhan ini. Kebanyakan masih kosong, Anda bisa merebahkan tubuh di atas pasir sambil menikmati cahaya matahari menyirami tubuh Anda, atau coba juga kegiatan lainnya seperti: berjemur, menyelam atau snorkeling.

Pulau Bidadari memiliki pantai yang indah untuk berjemur, snorkeling dan menyelam. Pulau Kanawa dan Pulau Kukusan Kecil juga menarik untuk kegiatan snorkeling dan menyelam. Selain itu, pulau Serayu juga memiliki pasir putih dan karang yang indah.


Banyak spot yang pas digunakan untuk berjemur dan snorkling
Banyak spot yang pas digunakan untuk berjemur dan snorkling

Pastikan Anda membawa lotion anti nyamuk dan obat anti malaria, karena Labuan Bajo merupakan daerah endemis malaria. Bawa juga krim sunblock, topi, dan kacamata hitam, karena udara di sini sangat panas selama musim kemarau. Namun Anda dapat membeli perlengkapan ini di supermarket di kota atau dari toko hotel.

Labuan Bajo juga menjadi destinasi favorit turis asing
Labuan Bajo juga menjadi destinasi favorit turis asing

Hotel biasanya memiliki restoran sendiri. Restoran Gardena (di Hotel Gardena), misalnya, adalah restoran favorit para pengunjung. Di sini, Anda dapat menemukan berbagai jenis makanan Eropa dan Indonesia. Restoran ini terkenal dengan ikan asam manisnya (Kerapu atau ikan tuna) dan pemandangannya yang menakjubkan saat matahari terbenam. Restoran lainnya antara lain adalah Paradise Bar dan Lounge (dekat Golo Hilltop), Arto Moro, dan Matahari (Paradise dan Matahari memiliki pemandangan  matahari terbenam yang indah).

Labuan Bajo memiliki banyak hotel untuk para backpacker, juga memiliki hotel-hotel mahal dan mewah. Saat ini, Hotel Bintang Flores, (0385-42000 / www.bintangflores.com) yang terletak di pantai Pede, adalah hotel terbaik dan paling mewah di Labuan Bajo. Hotel bintang  empat ini memiliki restoran, bar, kolam renang, toko peralatan menyelam, dan fasilitas internet. Tingkat harganya dalam dolar Amerika.


Indahnya Sunset di Labuan Bajo
Indahnya Sunset di Labuan Bajo

TransNusa bekerja sama dengan Aviastar mengoperasikan penerbangan sebanyak dua kali setiap harinya dari Denpasar (Bali) ke Labuan Bajo, berangkat dari Bali pukul 08.00 dan tiba di Labuan Bajo 12.00 siang. Penerbangan memakan waktu sekitar 1 jam. Sementara mulai 27 Mei, Batavia Air telah memulai penerbangan harian mereka dari Denpasar-Labuan Bajo pukul 09.00 dan kembali dari Labuan Bajo pukul 10.45.

TransNusa juga memiliki 3 penerbangan mingguan dari Bali ke Maumere menggunakan Jet Ba3-146 dengan kapasitas 82 kursi. Selain itu TransNusa juga terbang dari Bali ke Ende dan Kupang (Timor) ke Ruteng pada hari Rabu, Jumat dan Minggu, dan Kupang (Timor) – ke Labuan Bajo setiap hari. TransNusa juga melayani Kupang - Larantuka.


 Baca Juga:
  • Menjelajahi Wae Rebo, Surga Diatas Awan



Referensi : http://tourism.nttprov.go.id/
0
Share
Menjelajahi Wae Rebo, Surga Diatas Awan

Hampir di setiap sudut negeri ini terdapat tempat-tempat yang menjanjikan keindahan di balik namanya yang belum santer terdengar. Salah satunya adalah Desa Adat Wae Rebo di pedalaman eksotis Pulau Flores, propinsi Nusa Tenggara Timur. Yang menarik, sebelum dikenal oleh warga Indonesia sendiri, desa adat ini sudah lebih dulu jadi primadona bagi turis-turis asing.

Kisah perjalanan ke desa yang pernah hampir punah ini ditulis oleh Wisnu Yuwandono. Simak yuk penjelajahannya di desa yang terkenal dengan rumah kerucutnya ini!

Wae Rebo lebih dulu mendunia, setelah itu baru meng-Indonesia

Rumah adat tradisional Wae Rebo via www.tanpakendali.com
Rumah adat tradisional Wae Rebo via www.tanpakendali.com
 Sebuah desa terpencil itu kini semakin dikenal luas. Bahkan lebih dikenal dunia dahulu daripada di negerinya sendiri. Orang setempat mengistilahkan Wae Rebo lebih dahulu mendunia, setelah itu baru meng-Indonesia.

Kampung Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat. Gunung-gunung megah yang mengelilinginya membuat desa ini terisolasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakatnya harus berjalan kaki menembus hutan sepanjang 9 kilometer untuk sampai ke Denge, desa yang paling dekat dengan Wae Rebo.

Bagaimana akses dan transportasi menuju Wae Rebo?

Oto kayu menuju Denge atau Dintor via www.tanpakendali.com
Oto kayu menuju Denge atau Dintor via www.tanpakendali.com


Lalu bagaimana jika kita ingin mengunjungi Wae Rebo? Jika ingin melihat dunia luar, penduduk Wae Rebo harus menuju Denge terlebih dahulu. Yang sebaliknya pun berlaku. Jika kita ingin menuju Waerebo, kita harus ke Denge juga.

Untuk menuju Denge menggunakan transportasi umum, kamu harus memulai perjalananmu dari Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Ada penerbangan langsung ke Ruteng dari Denpasar, hanya saja tidak setiap hari. Lebih mudah untuk ke Labuan Bajo terlebih dahulu baru sebelum melanjutkannya dengan bus atau travel menuju Ruteng.

Transportasi dari Ruteng ke Denge atau Dintor (Dintor adalah desa di dekat Denge) tidaklah banyak. Ada bemo, semacam angkot, yang beroperasi tidak setiap hari. Yang setiap hari tersedia adalah oto kayu, truk yang bagian bak belakangnya disulap dengan papan-papan menjadi tempat duduk penumpang.

Oto kayu ini pun hanya ada satu-dua yang beroperasi tiap hari. Mereka berangkat dari Terminal Mena di Ruteng sekitar jam 9 sampai 10 pagi. Sampai di Denge sekitar jam 2 siang. Mau waktu yang lebih fleksibel? Kamu bisa menggunakan ojek, namun harus siap terjaga selama perjalanan.

Sebelum menuju Wae Rebo, kita harus singgah dulu di Desa Denge atau Dintor

 

Homestay Wejang Asih, Denge via www.tanpakendali.com
Homestay Wejang Asih, Denge via www.tanpakendali.com

Di Dintor ada sebuah penginapan bernama Wae Rebo Lodge. Pemiliknya bernama Pak Martinus Anggo, orang Wae Rebo asli. Sedangkan di Denge, desa terakhir sebelum perjalanan menuju Wae Rebo, ada homestay Wejang Asih milik Pak Blasius Monta — juga orang Wae Rebo. Di dekat homestay Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan Desa Wae Rebo.

Pak Blasius Monta dan Pak Martinus Anggo adalah dua orang yang sering mempromosikan Wae Rebo sebagai tempat wisata. Mereka masih memiliki pertalian darah, tepatnya saudara sepupu.

Trekking panjang penuh petualangan menuju Wae Rebo

Hutan menuju Wae Rebo via www.tanpakendali.com
Hutan menuju Wae Rebo via www.tanpakendali.com

Untuk memulai trekking menuju Wae Rebo, sebaiknya berangkatlah pagi-pagi sekali. Pasalnya, sekitar 3-4 kilometer awal perjalanan tidak tertutupi oleh pepohonan rindang. Bila kamu memulai trekking di siang hari, risikonya adalah tersengat sinar matahari yang tak berbelas kasihan.

Jika kamu kesiangan, jangan malah memilih berangkat malam demi menghindari matahari. Hal ini tidak diperbolehkan. Trek yang akan kamu lalui merupakan tanah yang labil dan rawan longsor, sehingga sangat berbahaya jika trekking dilakukan pada malam hari.

3-4 kilometer awal perjalanan adalah jalanan yang cukup untuk pemanasan. Tanjakannya belum terlalu curam, dan jalannya pun cukup lebar. Trek selanjutnya adalah jalan setapak di tengah hutan yang sangat rimbun. Beberapa kali jalurnya berada di pinggiran tebing yang langsung berbatasan dengan jurang yang sangat dalam.

Jalanan yang akan kamu lalui terus menanjak, hingga kamu sampai di jarak 2400 meter sebelum Wae Rebo. Setelah itu, kamu akan menemui jalan datar. Kurang dari satu kilometer dari Wae Rebo, jalananmu akan turun dan melewati kebun kopi.

Kira-kira dibutuhkan 3-4 jam trekking untuk mencapai Wae Rebo. Saat musim hujan, tanah trekking akan sangat licin dan banyak menjadi sarang lintah, sehingga kamu harus lebih waspada.

Selamat datang di Wae Rebo
Selamat datang di Wae Rebo

Selanjutnya penduduk Wae Rebo akan menyapa dengan sangat ramah dan senyum yang sangat manis. Selamat datang di Waerebo

Mbaru Niang pernah sekarat dan hampir punah dari Wae Rebo

 
7 rumah kerucut di Desa Wae Rebo via www.tanpakendali.com
7 rumah kerucut di Desa Wae Rebo via www.tanpakendali.com

 

Wae Rebo terkenal dengan mbaru niang, alias rumah tradisional berbentuk kerucut yang khas. Lebih dari beberapa dasawarsa terakhir, jumlah mbaru niang di Desa Wae Rebo hanya tinggal empat buah saja. Rumah yang tersisa itu pun sebenarnya sudah sekarat kondisinya, lapuk dimakan usia.

Masyarakatnya tak mampu lagi untuk membangun kembali dan melengkapinya menjadi tujuh buah rumah seperti seharusnya. Kurangnya biaya menjadi alasan utama.

Tahun 2008 datanglah rombongan Yori Antar bersama rekan-rekanya. Mereka adalah para arsitek yang penasaran dengan kampung tradisional di pedalaman Flores ini. Hanya berdasarkan informasi dari internet dan kartu pos yang bergambar Wae Rebo, mereka begitu tertarik lalu nekat berangkat ke sana.

 
Pak Alex, tetua desa via www.tanpakendali.com
Pak Alex, tetua desa via www.tanpakendali.com

 

Kami kaget dengan kedatangan rombongan turis dalam negeri. Mereka adalah wisatawan Indonesia pertama yang datang ke Wae Rebo.
– Alexander Ngandus, tetua Desa Wae Rebo.

Pak Alex bercerita tentang kedatangan mereka saat itu. Warga Wae Rebo sedang memperbaiki salah satu rumah kerucut bersama dengan orang-orang dari Taiwan. Hujan begitu deras mengguyur, namun semangat mereka tidak luntur untuk terus bekerja. Pada saat sedang sibuk-sibuknya itu muncul rombongan warga Indonesia dengan keadaan basah kuyup.

Sebenarnya ada rasa jengkel saat itu. Kami sedang sibuk memperbaiki rumah tapi tiba-tiba harus menerima tamu yang cukup banyak. Kami hanya bisa menyambut mereka dengan seadanya saja. Hanya kain sarung yang bisa kami sediakan untuk menutupi badan mereka yang basah kuyup, kenang Pak Alex.

Tak disangka, bantuan dari swasta dan pemerintah terus mengalir. Wae Rebo pun terselamatkan..

Pak Rofinus yang menyambut kami di Mbaru Tembong(rumah utama) via www.tanpakendali.com
Pak Rofinus yang menyambut kami di Mbaru Tembong(rumah utama) via www.tanpakendali.com

Namun, justru kedatangan Yori Antar dan kawan-kawan yang awalnya merepotkan ini malah selanjutnya memberi anugerah kepada masyarakat Wae Rebo.

Melihat kondisi Wae Rebo yang sudah sekarat, Yori Antar dengan Yayasan Rumah Asuh berupaya untuk mengembalikan keadaannya kembali sehat. Bantuan dari swasta dan pemerintah serta beberapa donatur mulai mengalir, mereka tergerak untuk menyelamatkan Wae Rebo.

Tahun 2010, dua rumah kerucut yang sudah sekarat direnovasi. Selanjutnya tahun 2011 tiga rumah kerucut yang sebelumnya hilang dibangun kembali. Akhirnya Wae Rebo memiliki tujuh rumah kerucut lagi seperti sedia kala. Tahun berikutnya dua rumah lagi direnovasi, sehingga sekarang ketujuh rumah ini dalam kondisi yang sangat bagus.
 
Sangat sulit untuk membangun kembali mbaru niang tanpa bantuan dari luar
-Blasius Monta, warga Wae Rebo, guru di SD Denge.

Tanpa bantuan dari luar, sangat sulit untuk membangun rumah kerucut Mbaru Niang


Bagian dalam rumah yang khusus dipake untuk para tamu via www.tanpakendali.com
Bagian dalam rumah yang khusus dipake untuk para tamu via www.tanpakendali.com

Pada tahun 1997 Pemda Manggarai pernah merenovasi Mbaru Tembong -rumah utama di Wae Rebo- biayanya sekitar Rp 30 juta. Lalu yang kemarin ini satu rumah membutuhkan biaya sekitar Rp 300-an juta. Kami tidak mampu kalau harus menanggungnya sendiri lanjutnya.

Untuk membangun kembali ketujuh rumah tersebut, kebanyakan material memang tersedia di sekitar desa. Akan tetapi jumlahnya tidak mencukupi lagi, sehingga ada beberapa material yang harus didatangkan dari luar daerah. Itulah yang menyebabkan biaya menjadi membengkak.

Sebelum dikenal di dalam negeri, kampung Wae Rebo sudah dulu dikenal oleh turis asing


Seorang ibu sedang menenun kain songke via www.tanpakendali.com
Seorang ibu sedang menenun kain songke via www.tanpakendali.com


Pak Blasius menceritakan sebelum kedatangan rombongan Yori Antar yang membuat Wae Rebo dikenal di dalam negeri, kampung ini sudah banyak dikenal oleh kalangan wisatawan asing. Sebelum tahun 2000-an hanya ada beberapa turis saja yang datang. Dari situ Pak Blasius meminta foto-foto dari mereka.

Selanjutnya pada awal tahun 2000-an Pak Blasius berupaya mengenalkan kampung halamannya dengan memasang foto-foto tersebut di beberapa hotel dan travel agen di kota Ruteng. Dari foto-foto tersebut pada awal tahun 2002 datanglah beberapa turis asing ke desa ini. Lambat laun menyebarlah berita tentang keindahan arsitektur dan keramahan Wae Rebo ke berbagai kalangan.

Pariwisata menyelamatkan Wae Rebo

 
Anak kecil yang bermain di halaman via www.tanpakendali.com
Anak kecil yang bermain di halaman via www.tanpakendali.com

 

Rumah Pak Blasius disulap menjadi homestay untuk mengakomodasi kebutuhan istirahat para tamu sebelum berangkat atau sesudah turun dari Waerebo. Homestay Wejang Asih miliknya tersedia setidaknya 11 kamar yang bisa disinggahi untuk mengumpulkan kekuatan sebelum berjalan sekitar 3 jam atau lebih ke Wae Rebo ataupun untuk mengembalikan tenaga ketika setelah turun.

Bahasa Inggris cukup dikuasai oleh Pak Blasius. Hal ini dirasa penting olehnya karena memang turis asing masih mendominasi jumlah kunjungan, meskipun akhir-akhir ini traveler dalam negeri mulai mengimbangi.

Selain Pak Blasius penduduk Wae Rebo juga sudah bisa mengucapkan beberapa kata umum dalam bahasa Inggris. Beberapa kali ada bimbingan bahasa asing untuk warga Wae Rebo oleh mahasiswa sekolah bahasa dari Ruteng.

Wae Rebo terus berbenah dalam menerima tamu. Untuk menata administrasi pariwisata mereka membentuk Lembaga Pariwisata Wae Rebo (LPW). Dari lembaga ini ditentukan tarif untuk bermalam di Wae Rebo sebesar Rp 250 ribu sudah termasuk 3 kali makan. Jika tidak menginap pengunjung membayar retribusi Rp 100 ribu.

Sebagian orang menganggapnya terlalu mahal untuk membayar sebesar itu. Tapi saya rasa uang sebesar itu cukup wajar mengingat bahan makanan yang kita lahap saat di sana harus diambil dari desa di bawah yang jaraknya sekitar 9 km lebih. Mereka harus memikul beras dan kebutuhan pokok lain mendaki gunung untuk sampai kembali di Wae Rebo.

Meski pariwisata semakin maju, penduduk setempat tak lantas berpangku tangan 


Seorang nenek sedang mengumpulkan kopi yang habis dijemur via www.tanpakendali.com
Seorang nenek sedang mengumpulkan kopi yang habis dijemur via www.tanpakendali.com

Meski pariwisata terus menggeliat di sini, warga Wae Rebo tidak lantas berpangku tangan dari para wisatawan, mereka tetap bekerja di bidangnya seperti sebelumnya. Mereka memiliki kebun kopi yang hasilnya dijual ke desa di bawah dan selanjutnya ke para pengepul kopi. Ibu-ibu juga tetap menenun kain songke yang untuk dipakai pribadi atau dijual. Semuanya berjalan seperti biasa.

Tanpa himbauan dari wisatawan, warga Wae Rebo pun akan senantiasa menjaga tradisi leluhur mereka


Seorang ibu yang pulang dari mencari kayu bakar via www.tanpakendali.com
Seorang ibu yang pulang dari mencari kayu bakar via www.tanpakendali.com
Saat ini, setiap malam sampai sekitar jam 22.00 WITA ada generator yang bekerja untuk menyalakan lampu. Sudah beberapa tahun hal ini berjalan. Hasil dari kunjungan wisatawan itu salah satunya untuk memberi minum solar kepada generator. Belum lama ini juga ada kelompok dari Bandung yang akan membangun PLTA untuk menggantikan generator solar.

Mereka hendak memanfaatkan sumber air yang melimpah di sekitar Waerebo. Rencananya proyek ini akan dimulai tahun ini. Meskipun listrik sudah masuk ke sini, untuk menjaga keaslian rumah dan budaya mereka televisi masih dilarang keberadaannya.

“Tiap kali ada tamu yang datang ke sini, mereka selalu bilang kepada kami untuk menjaga adat yang kami miliki. Tanpa ada himbauan dari mereka pun kami akan tetap menjaga tradisi leluhur kami,” Pak Alex menyudahi percakapan kami di salah satu Mbaru Niang tempat tinggalnya.

Informasi :

Travel Labuan Bajo Ruteng : 70 ribu (4-5 jam)
Oto kayu Ruteng Denge/Dintor : 30 ribu (4 jam) dari Ruteng sekitar jam 9-10 pagi. Dari Denge/Dintor Ruteng oto kayu start pagi-pagi sekali dari jam 3-5 pagi
Ojek Ruteng Dintor/Denge : 150ribu-200ribu
Guide/porter ke Waerebo (wajib) : 150ribu
Menginap di Waerebo : 250ribu/orang (dapat makan selama tinggal) jika tidak menginap membayar 100ribu/orang
Sebelum berkeliling desa pengunjung harus masuk ke rumah utama (rumah gendang) dan disambut dengan Upacara Wae Lu’u terlebih dahulu untuk memohon ijin kepada para leluhur untuk menerima tamu. Siapkan uang 20ribu/rombongan atau seikhlasnya sebagai sesaji.


 Baca Juga :
  • Mengunjungi Gundam raksasa, Tulip dan Liberty di Odaiba


Referensi: hipwee

0
Share

Hari ketiga di Tokyo ini rencananya kita mau ke Odaiba di pagi hari, mau lihat Gundam raksasa di Tokyo Diver City yang terkenal itu lho. Apakah Gundam itu?...silakan digugel ajeh atau ini wikipedianya. Intinya mah robot gedaaaa banget.

Odaiba city, begitu nama populernya area yang akan kita tuju, sebenernya merupakan sebuah pulau buatan (hasil reklamasi) yang tadinya dibuat sebagai pulau benteng ("Daiba" artinya Benteng) pada masa periode Edo untuk melindungi Tokyo dari serangan laut, karena lokasinya ada di Teluk Tokyo. Kemudian ke depannya berubah menjadi area pusat perbelanjaan dan area menarik lainnya untuk dikunjungi wisatawan, termasuk juga area terbuka seperti taman, observation deck dan lainnya.

Untuk menuju Odaiba sendiri ternyata sungguh suatu perjuangan. Entah kita aja yang tolol karena masih bloon untuk ngertiin peta transportasi Tokyo ya, kok ya ngabisin waktu nyaris sejam lebih dari hotel kita di Kinshicho untuk nyampe di Odaiba. Jadi gegaranya adalah kita udah beli dong tiket One Day pass (Tokyo Furii Kippu - JPY 1580/ orang) di Tokyo untuk naik Subway, JR Train, metro dan bus, terus kita pikir oiya udah bereslah ke Odaiba ini. Nah rute kita mulai dari stasiun Tokyo dong ya, berdasarkan contekan Hyperdia, rutenya tuh : Tokyo - Shimbashi (JR Yamanote line) - ODAIBA-KAIHINKOEN (by Yurikamome line).
Nah sampelah kita di Shimbashi, jalan kaki dikit buat pindah platform Yurikamome, eh ternyataaa...si Yurikamome line ini ngga termasuk dong di One Day Pass Tokyo yang kita punyaaaaa. Harus bayar lagi JPY 320 per orang.
Dueengg!...
Tante udah bete tapi masih mau bayar sih sebenernya, eh tumben si pak Suami bilang gak mau, pokoknya kita jangan mau rugi harus bisa yang cover semua di Tokyo Furii Kippu. Eyke bengong...tumben nih dese apa udah ketularan meditnya sama eyke apa begimana? hahahaha.
Ya udah, muterlah kita balik ke stasiun Shimbashi dan ngecek Hyperdia lagi, kita juga bisa turun di Tokyo Teleport dengan Rinkai Line via JR Saikyo Line (pusing ngga bacanya? kita aja puyengggg banget waktu mau kesini nyari-nyari signage-nya). 
Sekitar Mall Tokyo Diver
Sekitar Mall Tokyo Diver
Singkat cerita, sampelah kita di Odaiba. Terus langsung nyari dimana letaknya mall Tokyo Diver yang ternyata deket aja jalan kaki lewatin jembatan layang buat orang (skywalk kali yeh nama kerennya) yang cukup panjang, terus kita berdua jompo dong, turunnya males pake tangga dan nyari....lift. Hahahaha. Seperti yang diduga liftnya cuma sebiji dan antreannya adalah ibu-ibu dengan stroller plus nenek-nenek...sumpeeee, saya ngakak abis-abisan, terus pak Suami minder sendiri tuuh, akhirnya dia naik tangga, saya sih tetep naik lift, bodo amat, ngga kenal ini sama yang lainnya. Pokoknya saya mah selama ada eskalator dan lift selama perjalanan ngga mau rugi deh bener, simpen tenaga buat yang penting-penting ajaaa. Teknologi diciptakan untuk mempermudah hidup kita bukan?! #pembenaran.
Ternyata mall Tokyo Diver City ini cukup besar, ada  Uniqlo, Matsumoto Kiyoshi, H n M, Hello Kitty Japan, Cath Kidston, Café de Miki with Hello Kitty, Daiso dan banyak lagi lah, food courtnya juga besar. Tapi kita ngga banyak liat isi mall sih memang selama di Jepang, kita disini langsung menuju Gundam Front cafe aja, jadi depannya Gundam Cafe tuh ada patung Gundam gede banget, apa sih Gundam itu? plis gugel aja yah, eyke ngga ngerti juga males jelasinnya, hehehe.
Gundam raksasa di Odaiba
Gundam raksasa di Odaiba
Gundam in detail tampak depan, belakang dan kaki (berhubung yg eye level ya kakinya itu)
Gundam in detail tampak depan, belakang dan kaki (berhubung yg eye level ya kakinya itu)
Gundam cafe dan Gundam front kalo mau ngemil en blenji suvenir gundam
Gundam cafe dan Gundam front kalo mau ngemil en blenji suvenir gundam
Sebenernya ini demi pak Suami aja sih penasaran pengen liat langsung di Jepun yang namanya Gundam. Saya mah cuma foto-foto doang dikit terus duduk di bangku taman, buka bekal kue Dorayaki yang kemarin beli di pasar Tsukiji, sambil nungguin pak Suami sibuk moto-motoin tuh Gundam (buat apaan juga ngga ngerti, secara dia orangnya males sosial mediaan, terus biasanya abis moto di hape udah aja gitu ngga diapa-apain lagi).

Oiya Gundam raksasa ini ada jadwal pertunjukannya lho, walaupun ngga bisa baca pengumumannya (soalnya pake huruf kanji bo) tapi kayaknya sih setiap jam-jam tertentu akan diputerin cuplikan filmnya di layar gede diatas Gundam cafe itu terus si gundam raksasa itu akan bergerak-gerak. Kita pikir tadinya bergerak beneran. Ternyata cuma gerak-gerakin kepalanya aja, noleh-noleh...hehehe, kurang greget ah, coba jalan beneran tuh robot raksasa, pasti lebih epik.
Pengumuman tentang pertunjukan gundamnya, silakan lho yang udah kursus bahasa Jepang translate-in.
Pengumuman tentang pertunjukan gundamnya, silakan lho yang udah kursus bahasa Jepang translate-in.
Oiya, saya videoin juga sehh sewaktu pertunjukan gundam itu, ini videonya di Youtube.
Udah bosen liat robot gede, saya ngajakin liat taman disekitar situ yang lagi mekar semua...TULIP nyaaaa!!!.
Tulip beraneka warna
Tulip beraneka warna
Mau foto begini nungguin sepinya lama banget, niat abis!
Mau foto begini nungguin sepinya lama banget, niat abis!
Iyaaah tulip bok, banyak banget, gendut-gendut unyu, gemetss banget...berbagai warna pula, cantiiik deeeh. Ih mimpi apah ya bisa liat tulip di Jepang, padahal udah 2x ke Belanda dan ngga pernah hoki ketemu tulip di negara asalnya, sekarang malah niat liat Sakura mekar, dapet bonus liat Tulip mekar juga. Duh, Alhamdulillah, berkah Allah mana lagi yang kau dustakan #ambilrebana #kasidahandulu.
Pak suami juga sama excited-nya, hahaha, dia langsung moto-motoin saya (eh loh?) dengan background dan foreground tulip aneka warna itu, saya sebagai 'korban'nya ya nurut ajah. Hehehe.
Model dadakan
Model dadakan
Taman di sekitar tokyo Diver.
Taman di sekitar tokyo Diver.
Itu bocah-bocah ngga jelas pada main apaan gegoleran aja gitu disitu
Terus kita jalan terus menuju arah Rainbow bridge. Sebenernya di Odaiba ini banyak banget lho yang bisa dikunjungi kalau punya waktu bisa seharian seharusnya, apalagi kalau punya anak kecil puas deh disini macem-macem banget tempat menariknya, seperti ; Pallete Town, Leisureland, Ferris Wheels (alias Bianglala), Toyota Mega Web (semacam museum mobil Toyota dari jaman dulu sampe tercanggih), Aquacity Odaiba dan beberapa museum. Contekannya bisa lihat di halamannya Japan Guide ini aja yah.
Lanjut...sampailah kita di deck pinggiran teluk Tokyo, deck-nya lebar banget gitu, jadi ada beberapa 'pengamen' dengan atraksi sulap, nge badut lah sama yang banyak lainnya ya turis pada foto-foto termasuk kita, terutama karena disini ada...Patung Liberty!, eh lho kok? maksudnya gimanaaa? gagal paham juga sayah. 
LIberty rasa sakura
LIberty rasa sakura
Jadi menurut hasil gugel, patung Liberty KW-an ini dipasang dalam rangka tahun 1998-1999 mereka merayakan jalinan persahabatan antara Jepang dan Perancis (Kok Lady Liberty hubungannya kenapa Perancis hayooo...tau ngga kenapa? yang bisa jawab pertama kali nanti saya kirimin KitKat green tea yaa - GIVEAWAY nich). Tapi terus saking populernya akhirnya ya udah dipasang aja terus di Odaiba ini. Emang lucu sih buat spot foto-foto ala ke NYC buat boongin orang, hahaha. Angle yang bagus itu kalau bisa dapet patung Liberty-nya dengan background gedung-gedung tingginya Tokyo, Tokyo Tower, Tokyo Skytree dan Rainbow bridge, bonus pohon Sakura karena pas lagi musim, hehehe.
Angle ini kurang maksimal seberernya
Angle ini kurang maksimal seberernya
Oiya ada yang aneh sewaktu kita kembali ke stasiun kereta ya, kan dari Tokyo Teleport itu kita mau ke Yokohama via Osaki, eh mosok tiket One Day Pass Tokyo kita ngga bisa lagi lohhh, kesel deh, ngga ngerti kenapa, padahal kan tadi waktu dateng juga kita dari stasiun yang sama ini keluarnya. Jadilah kita bayar lagi juga JPY 330 ke stasiun Osaki, agak gak rela deh. Barengan kita juga ada sekeluarga bule yang ikutan ngomel-ngomel karena kasus yang sama dengan kita, tapi kayaknya percuma mecucu di Jepang deh, dicuekin aja gitu, hiks.

Dari Odaiba ini kita naik kereta lagi rencananya mau ke Yokohama, mau lihat-lihat aja sekalian mau ke Museum Ramen, yam...yam..yam.

baca juga:
  • Istana Gyeongbokgung, Sejarah Keagungan kekaisaran Korea



Referensi : Travelingcow.com
0
Share

Istana Gyeongbok adalah sebuah istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul (Gangbuk), Korea Selatan. Istana ini termasuk dari 5 istana besar dan merupakan yang terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon.

Istana Gyeongbok aslinya didirikan tahun 1394 oleh Jeong do jeon, seorang arsitek. Istana ini hancur pada saat invasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598 dan dibangun lagi selama tahun 1860-an dengan 330 buah komplek bangunan dengan 5.792 kamar. Berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi, Istana Gyeongbok adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea. Setelah pembunuhan Maharani Myeongseong oleh mata-mata Jepang pada tahun 1895, Raja Gojong meninggalkan istana ini bersama anggota keluarganya yang lain dan tidak akan pernah kembali.

Istana Gyeongbokgung di tahun 1906
Istana Gyeongbokgung di tahun 1906


Pada tahun 1911, pemerintahan Jepang yang sedang menjajah Korea menghancurkan semua bangunannya kecuali 10 bangunan utama, dan membangun Bangunan Pemerintahan Utama Jepang untuk gubernur jenderal Korea di depan Ruangan Tahta.

Bangunan utama dari Istana Gyeongbok termasuk Geunjeongjeon, Ruangan Tahta Raja (yang merupakan harta nasional Korea Selatan nomor 223) dan Paviliun Gyeonghoeru (harta nasional nomor 224) yang memiliki kolam bunga teratai dan bertiangkan 48 buah tonggak granit.

Entah kenapa di setiap istana selalu ada kolam teratai
Entah kenapa di setiap istana selalu ada kolam teratai


Istana Gyeongbok saat ini dibuka untuk umum dan Museum Nasional Rakyat Korea (National Folk Museum of Korea) berdiri di dalamnya.

Banyak rakyat Korea yang berharap pemerintahnya dapat mengembalikan bentuk asli istana. Berkat kerja keras arkeolog, 330 bangunan berhasil dibangun kembali. Saat ini gerbang masuk istana (Gwanghwamun) sedang direnovasi untuk dibuat kembali seperti pada asalnya dan diperkirakan selesai tahun 2009.

Gyeongbokgung adalah istana utama selama Dinasti Joseon berkuasa (1392 – 1910). Ini merupakan salah satu dari lima istana di Seoul. Istana ini menyimpan sejarah selama lebih dari 500 tahun.

Istana ini dibangun oleh Raja pendiri Dinasti Joseon, Lee Seong-Gye, pada tahun 1395 ketika ibu kota Negara dipindahkan dari Gyeseong ke Seoul. Istana in berada di bagian utara Seoul. Istana ini juga sering disebut dengan nama Bukgwol.

Gyeongbokgung berdiri di atas lahan seluas 180,000 m2. Di bagian selatan ada gerbang utama Gwanghwamun, di bagian selatan ada Sinmumun, di timur ada Yeongchumun, dan di barat ada Geonchunmun. Di dalam istana, ada beberapa bangunan utama, yaitu Geunjeongjeon, Gyotaejeon, Jagyeongjeon, Gyeonghoeru, dan Hyangwonjeong. Geunjeongjeon adalah gedung utama dimana di sana dilangsungkan paseban agung, dan pertemuan pagi. Di halaman depan, ada tiga jalan setapak dari batu granit. Jalan setapak yang sedikit lebih tinggi di bagian tengah adalah jalan setapak bagi raja, sementara yang lainnya adalah bagi para hadirin.

Serign diadakan beberapa Festival di Istana ini
Serign diadakan beberapa Festival di Istana ini


Jagyongjeon adalah tempat di mana Ibunda dari sang raja beristirahat. Tempat ini terkenal dengan dindingnya yang penuh bunga dan Sipjangsaeng gulduk (cerobong asap). Guldduk ini disebut sebagai yang paling indah yang pernah dibuat pada masa pemerintahan Dinasti Joseon, dan dimasukkan dalam daftar Warisan Nasional nomor 810. Gyotajeon adalah wilayah pribadi permaisuri. Tempat ini sangat mempesona karena dinding dan pintu masuk bagian belakangnya langsung menghadap ke Gunung Amisan, dan pemandangan di sini sangat indah dan menawan.

Satu hal yang membuat Gyeongbokgung tampak elegan adalah kolam teratainya, yaitu di Gyeonghoeru dan Hwangwonjeoung. Gyeonghoeru adalah tempat dimana orang-orang terkemuka dari Negara lain bertemu, dan di mana festival-festival istimewa diselenggarakan ketika ada perayaan-perayaan di kerajaan. Hwangwonjeong ada di belakang tempat peristirahatan, dan ada di dalam halaman belakang. Di sini juga ada kolam teratai, tetapi mempunyai nuansa yang lebih feminine jika dibangdingkan dengan yang ada di Gyeonghoeru. Gaya arsitekturnya memanfaatkan pemandangan Gunung Amisan, sehingga menghasilkan pemandangan yang menakjubkan, menjadi contoh yang hebat bagi sturktur bangunan tradisional kerajaan di Korea. Di sana juga terdapat perpustakaan yang dinamakan Sujeongjeon dan ruang kerja raja, yang dinamakan Sajeongjeon.

Pada tahun 1910, ketiak perjanjian Korea-Jepang ditandatangani, Jepang meruntuhkan bangunan-bangunan Jeongak di bagian selatan dan membangun Pusat Komando di bagian itu. Sekarang ini, bangunan Jepang tersebut sudah dihilangkan dan bangunan kerajaan masih dalam proses restorasi.

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke tempat ini, tiket yang Anda beli untuk mengunjungi istana Gyeongbokgung juga berlaku di Museum Nasional Kerajaan Korea dan Museum Nasional Rakyat Korea. Tempat ini tidak beroperasi pada hari Kamis. Pada hari lain beroperasi dari pukul 09.00 sampai 18.00 (bulan Maret sampai Oktober), dan pukul 09.00 sampai pukul 17.00 (November sampai Januari).

Dijamin menjadi Destinasi Liburan ayng menyenangkan
Dijamin menjadi Destinasi Liburan yang menyenangkan


Biaya parkir sebesar Rp 16.000,00 selama dua jam pertama, dan sesudah itu dikenakan tambahan sebesar Rp 4000,00 setiap 15 menit dan kelipatannya.

Untuk biaya masuknya adalah sebagai berikut.

Apabila masuk secara individu:

Dewasa (19 – 64 tahun)          : Rp 24.500,00
Anak-anak (7 – 18 tahun)       : Rp 12.300,00

Apabila masuk dalam kelompok (lebih dari 10 orang):

Dewasa (19 – 64 tahun)          : Rp 19.500,00
Anak-anak (7 – 18 tahun)       : Rp 10.000,00
Untuk anak-anak usia 6 tahun ke bawah, tidak dikenakan biaya apapun.

Apabila Anda ingin mengunjungi tempat ini, naik kereta api bawah tanah jalur 3. Gunakan pintu keluar nomor lima di Stasiun Gyeongbokgung. Atau naik jalur 5, gunakan pintu keluar no 2 di Stasiun Ganghwamun, sesudah itu Anda tinggal berjalan sejauh kurang lebih 400 meter.


baca Juga:

  • MENGENAL LEBIH DALAM PREFEKTUR FUKUOKA JEPANG


Referensi : Panduan wisata
0
Share
Putih dan Lembutnya Pasir Pantai Sendiki
Putih dan Lembutnya Pasir Pantai Sendiki
Pantai Sendiki – Selain terkenal dengan udaranya yang sejuk karena berada di dataran tinggi, Malang juga terkenal memiliki banyak tempat wisata alam baik yang sudah populer atau yang masih tersembunyi. Salah satu tempat wisata alam yang terkenal di Malang, adalah wisata pantai. Pantai-pantai di Malang sudah tak perlu diragukan lagi keindahan alamnya, super-super menakjubkan tak kalah dengan pantai yang berada di Bali. Saalah satu pantai di Malang yang memiliki keindahan alam menakjubkan dan masih menjadi wisata pantai tersembunyi, adalah Sendiki Beach.
Pantai Sendiki merupakan salah satu pantai di Malang yang memiliki keindahan super menakjubkan, dan masih tersembunyi. Pantai ini terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Berjarak sekitar 2 KM dari Pantai Tamban, dengan jalan setapak melalui lahan pertanian dan hutan. Menjadikan pantai ini menjadi pantai tersembunyi, dan masih jarang disinggahi oleh wisatawan. Kini pantai yang berada di Kabupaten Malang ini sudah perlahan mulai populer, dikalangan wisatawan lokal.
Pemandangan di Sore Hari Menjelang Sunset tak kalah exotis
Pemandangan di Sore Hari Menjelang Sunset tak kalah exotis

Pantai yang terdiri dari pasir putih dan pantai berbatu ini memiliki panorama yang sangat menakjubkan, ya meskipun tidak sepopuler pantai-pantai tetangganya yaitu Pantai Balekambang dan Pantai Sendang Biru.  Karena masih jarang dikunjungi, kebersihan di pantai ini masih terjaga. Terbukti dengan tidak ditemukannya sampah di area sekitar, bahkan ombaknyatidak tersapu oleh jejak kaki wisatawan. Selain panorama dan kebersihan, daya tarik lainnya terletak pada terdapatnya beberapa bagian pantai terlihat memiiki pasir besi dan muara yang memiliki air jernih.
pantai sendiki malang.
Berwisata ke pantai alami ini, wisatawan bisa berjalan menyusuri Pantai Sendiki. Wisatawan akan menjumpai pemandangan yang unik, sebagian berupa pemandangan pantai dan sebagiannya lagi berupa hutan. Oh ya buat kamu guys yang ingin berwisata kesini, kamu harus membawa bekal makanan sendiri. Karena situasi pantai masih sepi, sehingga masih jarang ditemukan penjual makanan dan minuman. Untuk bisa sampai ke lokasi pantai, kamu hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi roda 2 atau roda 4. Karena belum tersedia transportasi umum yang menuju lokasi pantai. Perjalanan memakan waktu 2 jam menggunakan mobil, dan 3 jam menggunakan mobil. Jarak tempuhnya sekitar 60 Km dari Kota Malang.
Siang-siang di pantai emang paling enak berteduh sambil main ayunan
Siang-siang di pantai emang paling enak berteduh sambil main ayunan
Rasakan lumernya pasir Sendiki di kaki mu
Rasakan lumernya pasir Sendiki di kaki mu
Kamu bisa mengikuti rute menuju Pantai Tamban, yaitu dari Kota Malang – Pakisaji – Kepanjen – Gondang Legi – Turen – Sumbermanjing Wetan – Desa Tambak Rejo – Pantai Tamaban. Sesampainya di Pantai Tamban, kamu harus menuruni jalan. Setelah itu berbelolah ke kanan, sampai menemui pertigaan. Dari pertigaan berbeloklah ke kiri, sekitar 50 meter kamu akan menemukan pos kamling sederhana yang terbuah dari bambu, setelah itu berbeloklah ke kanan. Kamu akan menemukan jalanan sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor, jadi buat kamu yang membawa mobil sebaiknya diparkirkan di rumah penduduk sekitar. Berhasil melewati jalanan sempit, kamu harus berjalan kaki menyusuri persawahan dan hutan sekitar 3 KM. Selanjutnya kamu akan menemukan pepohonan ketapang, yang artinya lokasi Pantai Sendiki sudah dekat. Sekitar 100 meter di pepohonan ketapang, kamu akan mendengar deburan ombak pantai eksotis ini. Nah sampailah kamu di pantai yang menakjubkan ini.
Jalan menuju ke sana masih cukup sulit
Jalan menuju ke sana masih cukup sulit
Di Pantai Sendiki kamu bisa melakukan kegiatan pantai, seperti bermain air pantai, bermain pasir, atau hanya sekedar menikmati pemandangan yang sungguh-sungguh menakjubkan. Bosan dengan pantai ini, kamu bisa mengunjungi pantai yang berada didekatnya, seperti Pantai Tamban, Pantai Sendang Biru, Pantai Gua Cina, dan Pantai Balekambang.
Ada beberapa Pantai di sekitar Pantai Sendiki
Ada beberapa Pantai di sekitar Pantai Sendiki
Nah sungguh menakjubkan dan spektakuler kan ? Itu hanya penjelasannya saja lo, akan lebih menakjubkan lagi jika kamu langsung pergi kesana, guys. Selamat berwisata , semoga wisata kamu menyenangkan dan mengasyikkan ya guys.


baca Juga
  • Mengulik Sejenak Kokoh-nya Benteng Vredeburg Yogyakarta

     
Referensi : anyar.info
0
Share

Probolinggo - Setiap tahun masyarakat Tengger menggelar upacara Kasada di kawah Gunung Bromo. Meski statusnya rawan akibat erupsi Bromo, mereka akan tetap menggelar upacara tersebut.

Meski Gunung Bromo masih erupsi dan status waspada, namun tak menyurutkan warga Suku Tengger di Probolinggo, untuk tetap merayakan Hari Raya Kasada pada 20-21 Juli 2016.

"Kami tetap melakukan persembahan hasil bumi di kawah Gunung Bromo. Karena bagi kami adalah wajib dilakukan untuk keselamatan warga Tengger," kata Narto, warga Suku Tengger yang tinggal di Sukapura Probolinggo, Minggu (17/7/2016).

Menurutnya, warga Tengger selama melakukan ritual meski Bromo sedang erupsi, tetap dilakukan, karena ritual itu demi keselamatan warga Tengger.

Sementara menurut Umar Rosadi, Penanggung Jawab Gunungapi Sejawa Timur PVMBG, tidak bisa menghalangi tradisi yang menjadu kearifan lokal dan merupakan hari kebesaran warga Tengger.

Namun pihak PVMBG tetap merekomendasikan jarak aman 1 kilometer untuk pengunjung dari kawah Bromo. Pihaknya juga akan terus melakukan pendampingan dan memantau aktifitas dapur magma, agar bencana tidak terjadi hingga perayaan Kasada selesai.

"Kami sudah berkoordinasi dengan tokoh adat suku Tengger, agar pada Kasada nanti yang melakukan larung sesajen di kawah hanya sebagian saja. Beberapa orang saja yang bisa naik ke kawah yaitu hanya yang membawa sesajen saja," jelasnya.

Sementara aktifitas Gunung Bromo saat ini tetap mengeluarkan asap 50-600 meter mengarah ke barat daya, suara gemuruh masih terdengar meski dalam intensitas sedang, dan suara gemuruh dan lontaran pijar disertai sinar api.




Referensi Detik.com
0
Share

Dikelilingi oleh parit selebar 52 meter dan terletak di jantung Kota Beijing, Forbidden City atau Kota Terlarang merupakan salah satu peninggalan bangunan kuno terbesar Cina yang masih terawat dengan baik hingga sekarang. Tidak hanya itu, Forbidden City juga kompleks istana terbesar di dunia.

Kini, Forbidden City secara umum dikenal sebagai Palace Museum (故宫 博物馆; Gugong Bówùguǎn), sementara kebanyakan orang China menyebutnya Gu Gong (故宫; istana kuno).
Forbidden City adalah istana kekaisaran Cina dari Dinasti Ming hingga Dinasti Qing. Selain sebagai rumah kaisar, tempat ini juga pusat seremonial dan politik pemerintah Cina selama hampir 500 tahun.
Dibangun pada 1406-1420, di kompleks ini terdapat 980 bangunan yang mencakup 72 ha. Kompleks istana didominasi dengan arsitektur megah tradisional Cina.

Sudut Barat Laut dari Forbidden City, Beijing, China
Sudut Barat Laut dari Forbidden City, Beijing, China


Keberadaannya telah mempengaruhi perkembangan budaya dan arsitektur di Asia Timur dan di tempat lain. Forbidden City dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1987 dan terdaftar di UNESCO sebagai warisan terbesar struktur kayu kuno yang masih terawat dengan baik di dunia.
Meski dikenal sebagai “Kota Terlarang”, bukan berarti Forbidden City tidak boleh dimasuki. Justru, Forbidden City merupakan salah satu destinasi utama wisata Cina. Di area kawasan ini juga sudah tersedia restoran, kafe, toilet dan bahkan ATM.

Tempat ini dulunya merupakan tempat tinggal bagi kaisar China atau putra langit. Kota Terlarang Cina terletak tepat di jantung kota Beijing dan merupakan rumah dari 24 kaisar dari Dinasti Ming dan Qing. Pembangunan konstruksi istana tersebut dimulai pada tahun ke-4 Kaisar Yongle dari Dinasti Ming yang berkuasa pada tahun 1406 dan berakhir 14 tahun kemudian pada tahun1420.
Pintu masuk mao di belakang lapangan Tiananmen
Pintu masuk mao di belakang lapangan Tiananmen


Selama zaman kuno, kaisar diklaim sebagai putra surga, sehingga memiliki kekuasaan tertinggi. Rumah mereka di Bumi adalah replika kerajaan langit, sehingga dibangun menyerupai Istana di surga di mana kaisar langit tinggal. Tempat yang begitu sakral seperti ini tentu dilarang untuk orang-orang biasa, yang mana kemudian disebut sebagai Kota Terlarang atau Forbidden City namanya.

Arsitektur indah adalah representasi dari puncak esensi arsitektur tradisional Cina. Istana ini telah menjadi harta peninggalan sejarah dari kebesaran budaya Cina dan diakui sebagai salah satu dari 5 istana yang paling penting di seluruh dunia.
Shenwumen Gate of the Forbidden City

Selama tahun 1961, museum ini menjadi sebuah monumen sejarah penting di bawah pelestarian khusus pemerintah pusat China. Kemudian pada tahun 1987, museum ini adalah nominasi calon warisan budaya dunia, UNESCO. Kota Terlarang adalah sebuah negara yang diawetkan dengan berbentuk imperial istana dan merupakan struktur terbesar dari dunia kuno. lingkungan istana ini mencakup sekitar 72 hektar tanah, memiliki total 150.000 meter persegi luas lantai. Ada 90 halaman dan istana nya memiliki 8.704 kamar, dan 980 bangunan. Kota ini dikelilingi oleh parit selebar 6 meter, serta dinding yang memiliki tinggi 10 meter, serta memiliki gerbang di setiap sisi. 

Parit yang mengelilingi istana
Parit yang mengelilingi istana

Hiasan Patung Kepala Naga
Hiasan Patung Kepala Naga



Baca Juga
  • Hotel Areaone Hakata , Fukuoka Jepang

Referensi : Nina Lounge
0
Share
Newer Posts Older Posts Home

Popular Posts

  • Mengenal Lebih Dalam Prefektur Fukuoka Jepang
    Sebagai prefektur yang terletak di bagian selatan Jepang, Fukuoka telah lama berperan sebagai penghubung Jepang dengan negara lainny...
  • Gyeongju (Kyongju), Kota dengan Sejuta Sejarah
    Kota Gyeongju Rapi dan Bersih Gyeongju adalah sebuah kota persisir yang berada jauh di ujung tenggara Provinsi Gyeongsang Utara, Ko...
  • Rute Kirab Budaya dan Pawai Kendaraan Hias 2015 Kota Malang
    Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kembali akan menggelar Kirab Budaya 2015 dalam rangka memperingati HUT ke-70...

Labels Cloud

Korea Selatan Mancanegara Wahana Wisata Wisata Alam Candi News Jepang Artikel Trip Kuliner Tempat Bersejarah Tempat Unik Malang Hotel dan Penginapan Museum Tips Budaya Pantai Peninggalan Sejarah Promo Singapura Batu Cafe China Inggris JatimPark Jogjakarta Myanmar Sungai Thailand Transportasi Wahana Wisata Belanja

Blog Archive

  • ►  2019 (5)
    • ►  December (4)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  December (7)
  • ▼  2016 (59)
    • ▼  July (8)
      • Menyusuri "Si Hitam" yang Misterius di Tengah Kali...
      • Labuan Bajo, Gerbang "Surga Kecil " Di Timur Indon...
      • Menjelajahi Wae Rebo, Surga Diatas Awan
      • Mengunjungi Gundam raksasa, Tulip dan Liberty di O...
      • Istana Gyeongbokgung, Sejarah Keagungan kekaisaran...
      • Pantai Sendiki, The Hidden Paradise
      • Kasada Rawan Saat Bromo Erupsi, Ini Reaksi Warga T...
      • Forbidden City, Saksi Bisu Sejarah Panjang Kekaisa...
    • ►  June (10)
    • ►  May (34)
    • ►  February (7)
  • ►  2015 (18)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (13)
  • ►  2014 (12)
    • ►  December (12)
Copyright © 2016 Netpacker

Created By ThemeXpose & Distributed By Free Blogger Templates