Di Malang ada pabrik rokok yang besar bernama Bentoel. Rupanya cikal bakal Bentoel ini sudah ada sejak tahun 1930. Wisatawan bisa mengenal cikal bakal pendirinya di Museum Bentoel, Malang.
Saya bukan perokok dan tidak menyukai asap rokok. Namun, bukan berarti saya antipati dengan Museum Sejarah Bentoel yang notabene museum pendiri salah satu industri rokok terkenal dari kota Malang. Dari museum ini saya bisa meneladani kegigihan dari pendirinya, Ong Hok Liong.
Meskipun saya besar di kota Malang, saya baru mengetahui keberadaan museum ini baru-baru ini. Tidak banyak teman-teman yang mengetahui keberadaannya. Sehingga saya pun mengandalkan mesin pencari untuk menemukan museum ini.
Dari mesin pencari tersebut saya mengetahui lokasi Museum Sejarah Bentoel di Jalan Wiromargo 32 atau dulu dikenal sebagai Pecinan Kecil. Untuk mencapai museum ini saya bisa naik angkutan apa saja yang melewati pasar besar, seperti AG dan AMG, baru kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Oleh karena posisi sedang berada di stasiun Kota Baru, Malang, maka saya pun perlu naik angkutan umum dua kali atau juga bisa naik ABG lalu dilanjutkan berjalan kaki yang lumayan untuk siang yang panas ini. Seorang pengemudi becak motor menawarkan untuk mengantar dengan tarif Rp 15 ribu. Harganya tergolong wajar sehingga saya pun mengiyakannya.
Dengan naik becak motor, waktu perjalananpun menjadi singkat. Hanya berkisar 15 menitan dari stasiun. Museumnya memang tak jauh dari deretan toko di pasar besar. Lokasinya masuk gang dan tidak ada petunjuk arah sehingga tidak banyak yang mengetahui keberadaan museum ini.
Tidak ada biaya atau tiket masuk. Pengunjung cukup mengisi buku tamu di pos satpam. Museum ini buka setiap hari kecuali hari Selasa yaitu pukul 10.00-16.00 WIB.
Halaman museum yang dulunya rumah pribadi Ong Hok Liong ini nampak asri. Ada dua bangunan. Bangunan yang lebih kecil biasanya digunakan untuk pertemuan. Bangunan yang lebih besar untuk menyimpan koleksi museum.
Bangunan rumah ini telah berusia seabad lebih. Bangunannya kokoh, nyaman dan anggun. Di bagian depan rumah terdapat meja kursi tamu dan juga foto pemimpin Bentoel.
Kemudian ada ruangan galeri foto, galeri cengkeh, berbagai merk rokok Bentoel Group, tentang Bentoel Group, dan Bentoel masa kini. Ada juga barang-barang antik peninggalan sang pendiri, seperti telepon, radio, sepeda, dan sebagainya.
Perjalanan Bentoel dimulai tahun 1930 dimana pendirinya, Ong Hok Liong mulai bereksperimen dengan tembakau dan cengkeh untuk menciptakan racikan rokok yang nikmat dengan industri rumahan bernama Strootjes Fabrik Ong Hok Liong. Saat itu nama merk rokoknya seperti Toerki, Kelabang, Boeroeng, Djeroeh Manis, dan Kendang.
Baru pada tahun 1935 setelah melakukan perjalanan spiritual, ia menamakan produknya Bentoel. Sesuai dengan nama tanaman di daerah tersebut. Maka lahirlah rokok Tjap Bentoel.
Oh iya mungkin ada di antara Kalian yang belum tahu apa itu bentoel. Ada yang menyebutnya talas. Zaman saya kecil, tidak susah sih menemukan tanaman umbi-umbian ini. Umbi ini biasanya dimasak dengan dikukus dan dimakan dengan ditaburi sedikit garam. Rasanya gurih dan mengenyangkan.
Kembali ke sejarah Bentoel, pada tahun 1954 nama perusahaannya berganti menjadi PT Perusahaan Tjap Bentoel. Lalu pada 1972 baru mulai dibangun kompleks industri Bentoel seperti di lokasi saat ini. Kemudian pada tahun 2010, Bentoel dimerger dengan British American Tobaco dan kemudian menjadi Bentoel Group.
Pada ruangan lainnya saya melihat foto-foto bagaimana karyawan pabrik rokok jaman dulu memetik bahan-bahan rokok dan menjemurnya. Bagaimana mereka membuat rokok kretek buatan tangan dan kemudian menggunakan mesin, serta suasana pabrik rokok jaman dulu.
Di ruangan berikutnya, dijelaskan cara membuat rokok kretek dari manual hingga menggunakan mesin berteknologi. Bahan baku rokok adalah tembakau dan cengkeh. Untuk membuat racikan rokok yang nikmat, tentunya perlu mengetahui citarasa berbagai cengkeh yang ada di Indonesia.
Saya bukan perokok sehingga saya tidak punya ikatan dengan berbagai merk rokok yang terpajang di sini. Saya hanya mengenali beberapa merk. Salah satunya Bentoel Biru yang pernah disukai ayah saya hingga ia berhenti merokok.
Bentoel telah menjadi bagian dari kota Malang sehingga sejarah perjalanan Bentoel juga sedikit bersentuhan dengan sejarah kota Malang. Dari kunjungan ke museum ini saya melihat mimpi seorang awam dalam sebuah rokok yang ternyata terwujud berkat kegigihannya.
Sumber Detik Travel
No comments:
Post a Comment